GARUDA PANCASILA
AKULAH PENDUKUNGMU
Oleh:
Hendra Saeful
Bahri
“Garuda pancasila, akulah pendukungmu, patriot proklamasi,
sedia berkorban untukmu, pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa,
pribadi bangsaku, ayo maju maju, ayo maju maju, ayo maju…maju…!” masyarakat tentu saja masih ingat akan lagu wajib nasional
tersebut yang berjudul Garuda Pancasila karya Sudharnoto. Lagu yang memiliki
lirik simpel namun penuh makna. Makna dari lirik lagu Garuda Pancasila sangat jelas
bahwa Garuda Pancasila sebagai lambang negara Republik Indonesia harus kita
dukung dan dijunjung tinggi sebagai bukti kedaulatan bangsa yang merdeka.
Bulan
Februari merupakan bulannya Garuda Pancasila, bertepatan pada tanggal 11
Februari 1950 ditetapkannya burung Garuda dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang
negara Republik Indonesia. Dalam rangka memperingati hari lahirnya Garuda
Pancasila sebagai Lambang Negara Indonesia ke-69, kita harus dengan penuh
semangat mendukung dan menjunjung tinggi Garuda Pancasila.
Kita
boleh mengajukan pertanyaan, lantas dengan cara kita mendukung dan menjunjung
tinggi Garuda Pancasila? Penulis berasumsi
bahwa untuk mendukung dan menjunjung tinggi Garuda Pancasila kita harus memahami perjalanan Garuda
Pancasila sebagai Lambang Negara. Penulis merasa saat ini masih banyak
ketidaktahuan masyarakat akan kronik ditetapkannya burung Garuda sebagai lambang
negara Republik Indonesia. Berdasar pada kasus tersebut, penulis merasa
tergugah untuk menguraikan secara singkat peristiwa ditetapkannya Garuda
Pancasila sebagai lambang negara.
Penetapan
burung Garuda Pancasila sebagai lambang negara sebermula pada bulan Januari Tahun
1950 Priyono selaku staf kementrian melakukan Sayembara Lambang Negara. Sayembara ini dipilih dua gambar
rancangan terbaik, yakni rancangan gambar milik Sultan Hamid II dan rancangan
dari Muhammad Yamin. Rancangan gambar yang terpilih yaitu buah karya dari Sultan
Hamid II, tidak terpilihnya rancangan gambar milik Muhammad Yamin dikarenakan ada
sinar-sinar matahari seolah-olah seperti ada pengaruh dari Jepang.
Bung Hatta dalam bukunya yang berjudul Bung
Hatta Menjawab (1978) juga mengatakan bahwa “.....Patut pula
ditambahkan sebagai catatan bahwa lambang dengan tulisan yang mempunyai arti
yang demikian mendalam itu dipadukan menjadi seperti sekarang ini dengan
melalui sayembara waktu RIS dulu dan dilaksanakan oleh Menteri Priyono. Banyak
gambar yang masuk waktu itu, tetapi yang terbaik akhirnya ada dua buah, satu
dari Muhammad Yamin dan yang satu lagi dari Sultan Hamid II. Yang diterima oleh
Pemerintah dan DPR adalah dari Sultan Hamid II yakni seperti sekarang ini.
Adapun dari Muhammad Yamin ditolak, karena disana ada gambar sinar-sinar
matahari dan menampakan sedikit banyak disengaja atau tidak pengaruh Jepang”.
Kemudian
sketsa dari Sultan Hamid II menampilkan simbol-simbol untuk melambangkan
Pancasila. Sultan Hamid II membuat sketsa awal perisai yang dibagi menjadi lima
ruang. Dalam rancangannya terdapat dua buah perisai yaitu di dalam dan di luar
dengan garis agak tebal yang membelah perisai untuk melambangkan garis
khatulistiwa di perisai itu.
Sekaitan
dengan perisai dalam sketsa yang dibuat oleh Sultan Hamid II, menurut Turiman
(2014) dalam artikelnya yang berjudul Menelusuri “Jejak” Lambang
Negara Republik Indonesia Berdasarkan Analisis Sejarah Hukum mengatakan
bahwa ide Perisai Pancasila itu muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang
lambang negara. Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden Soekarno, hendaknya
lambang negara tersebut melambangkan pandangan hidup bangsa, dasar negara
Indonesia/ide Pancasila. Inilah saat-saat moment bersejarah dalam proses
perancangan lambang negara Indonesia, dimana sila-sila dari dasar negara yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam bentuk simbol-simbol yang tergambar dalam
lambang negara.
Bentuk
lambang garuda tidak serta merta diterima begitu saja, melainkan dilakukan beberapa
penyempurnaan sebagai Lambang Negara Republik Indonesia pada akhir Februari
1950. Presiden Soekarno memberikan saran untuk menyempurnakan kembali bagian
kepala burung Elang Rajawali Garuda Pancasila yang terlihat “gundul” lebih
mirip elang pada lambang negara Amerika Serikat. Tujuan penyempurnaan kepala
garuda agar tidak terlihat “gundul” adalah dengan menambahkan jambul di kepala
garuda Indonesia, sehingga ada perbedaan dengan Bald Eagle, lambang
negara Amerika. Inisiatif “jambul” di kepala Garuda sesuai dengan jenis burung
Elang Rajawali yang ada di wilayah Jawa.
Ditetapkannya
burung Garuda Pancasila sebagai lambang negara Republik Indonesia juga tertulis
dengan jelas di dalam konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal menyatakan bahwa “Lambang Negara Republik Indonesia
adalah Garuda Pancasila”, kemudian dipertegas oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 tentang
Lambang Negara yang menetapkan Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik
Indonesia.
Penggunaan
Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara juga diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009
yang menyatakan bahwa “Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia
berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan,
perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda,
dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis diatas pita yang dicengkeram oleh
Garuda”.
Berdasar
pada uraian singkat terkait Garuda Pancasila sebagai lambang negara sebagaimana
tersurat di atas, penulis berharap semoga uraian singkat tersebut dapat
menambah khasanah pengetahuan masyarakat sehingga berimplikasi terciptanya daya
dukung dan menjunjung tinggi Garuda Pancasila sebagai lambang negara. Secara
tegas bangsa Indonesia memilih burung Garuda sebagai lambang kebangsaannya yang
besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri, energik dan
dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak
suka bergantung pada yang lain. Garuda yang merupakan lambang pemberani
dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik
yang lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna kuning
emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
0 comments:
Posting Komentar