Home » » TADARUS BUKU SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERKOKOH WAWASAN KEBANGSAAN BAGI GENERASI MUDA

TADARUS BUKU SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERKOKOH WAWASAN KEBANGSAAN BAGI GENERASI MUDA

TADARUS BUKU SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMPERKOKOH WAWASAN KEBANGSAAN BAGI GENERASI MUDA 

Hendra Saeful Bahri1, Sapriya2, Muhammad Halimi3 
123Departemen Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setiabudhi, Nomor 229, Bandung 40154, Indonesia.


Abstract
Currently, strengthening national insight is still centered in schools through civic education. Whereas, increasing the national idea for younger generation can be through communities, one of which is the Asian African Reading Club whose primary activity is "Tadarus Buku". This study aimed at exploring and analyzing the "Tadarus Buku" activity in strengthening the national insight of the younger generation. This research was conducted by implementing qualitative approach and employing case study methods. The data collected through interviews, observation, documentation, and literature studies. The data analysis included the data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. Besides, the findings show that the "Tadarus Buku" activity in Asian African Reading Club community can strengthen national insight for the younger generation. It is due to the themes of the books read in the Asian African Reading Club community which are about nationality and the strength of the speakers in discussing the related topic that is read by the "Tadarus Buku" participants. Another finding demonstrates that the model developed by the Asian African Reading Club community is a book review model by using “tadarus” method.

Keywords: National Insight, Younger Generation, Tadarus Buku


PENDAHULUAN
Wawasan kebangsaan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan generasi muda saat ini masih dalam kategori minim. Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 tentang faktor-faktor penyebab timbulnya berbagai permasalahan bangsa, dari data tersebut terungkap bahwa persentase masyarakat yang mengatakan setuju bahwa kurangnya kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai permasalahan bangsa sekitar 69,80%, sedangkan masyarakat yang mengatakan tidak setuju bahwa kurangnya kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai permasalahan bangsa sekitar 30,20% (Statistik, 2011). Terkait dengan masyarakat yang mengatakan setuju berada pada angka 69,80% pada dasarnya sudah mewakili masyarakat Indonesia bahwa kurangnya kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai permasalahan bangsa. Jadi pada intinya kurangnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dikatakan sebagai implikasi dari masih minimnya wawasan kebangsaan terkhusus dikalangan generasi muda.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 yang sebagaimana tersurat di atas, kemudian diperkuat oleh data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2014 yang mengungkapkan bahwa saat ini masih banyaknya perilaku generasi muda yang tidak mencerminkan rasa persatuan dan kesatuan, salah satu diantaranya yaitu masih maraknya generasi muda yang melakukan tawuran antar pelajar. Menurut data dari KPAI, jumlah korban tawuran pelajar pada tahun 2012 mencapai 102 orang, kemudian pada tahun 2013 mencapai 96 orang dan paling tinggi terjadi pada tahun 2014 mencapai 104 orang (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2014). Data dari KPAI tersebut mencerminkan bahwa generasi muda saat ini memiliki wawasan kebangsaan yang masih minim, terlihat dari tidak mengindahkan rasa persatuan dan kesatuan di dalam kehidupan sehari-hari.

Problematika wawasan kebangsaan yang terjadi pada era sekarang ini, apabila dibiarkan saja tanpa disertai usaha untuk memperkokoh kembali wawasan kebangsaan maka bangsa Indonesia akan kehilangan jati diri bangsa dan eksistensi di tataran dunia internasional serta tidak akan terwujudnya hidup damai secara berdampingan dikehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Barida (2017) bahwa diperlukan penguasaan wawasan kebangsaan dari seluruh masyarakat Indonesia guna terwujudnya masyarakat yang memahami masalah-masalah global, mempunyai keterampilan untuk mengatasi konflik secara konstruktif, mengenal dan hidup dengan standar internasional tentang kesetaraan hak-hak manusia dan ras, menghargai keragaman budaya dan menghargai kesatuan dunia.  

Dewasa ini untuk memperkokoh wawasan kebangsaan bagi generasi muda masih terpusat pada pendidikan formal melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Namun, apabila dikaji lebih dalam dan komprehensif untuk memperkokoh wawasan kebangsaan tidak cukup melalui pendidikan formal saja, melainkan harus ditunjang melalui pendidikan informal seperti melalui komunitas-komunitas yang ada di masyarakat.

Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah kelompok gerakan sosial yang terdiri dari beberapa individu dengan dasar ada kesamaan tempat tinggal, kesamaan interest atau values, kesamaan pemikiran untuk mencapai tujuan tertentu. Gerakan sosial yang dilakukan oleh komunitas melalui tindakan kolektif menjadikan adanya tatanan tradisi baru. Selain itu rasa keanggotaan atas kolektivisme yang ada menimbulkan rasa memiliki diantara anggota komunitas. (Blackshaw, 2010).

Berkaitan dengan komunitas, Kota Bandung sebagai kota pintar (smart city) dan kota kreatif memiliki nuansa yang kaya akan komunitas, termasuk komunitas yang bergerak di bidang literacy di dalamnya. Tumbuh kembangnya pelbagai komunitas bidang literacy yang berada di kawasan Kota Bandung merupakan upaya untuk menggelorakan kembali budaya literacy di kalangan generasi muda. Keberadaan komunitas tersebut dalam kajian Pendidikan Kewarganegaraan dikenal dengan civic community. Komunitas bidang literacy di Kawasan Kota Bandung yang konsen terhadap konteks kebangsaan yaitu Asian African Reading Club dengan kegiatan utamanya yaitu “Tadarus Buku”.

Dari berbagai uraian yang sebagaimana tersurat di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam artikel ini yaitu “mengapa kegiatan tadarus buku dapat memperkokoh wawasan kebangsaan bagi generasi muda?”. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggali dan menganalisis kegiatan tadarus buku, serta model yang dikembangkan oleh komunitas Asian African Reading Club dalam menguatkan wawasan kebangsaan bagi generasi muda.


Note: Artikel ini sudah diseminarkan di "INTERNATIONAL CONFERENCE ISLAM NUSANTARA, NATIONAL INTEGRITY, AND WORL PEACE" 2018, Di Universitas Islam Malang, Tanggal 27 Maret-28 Maret 2018

Artikel lengkapnya dapat didownload di bawah ini....


0 comments:

Posting Komentar